BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 07 April 2010

Pulau Bali, sebuah pulau yang namanya lebih terkenal daripada Indonesia sendiri. Seumur-umur aku belum pernah menginjakkan kaki ke pulau Dewata. Rekreasi pada bulan Februari kemarin adalah kali pertama aku pergi ke Bali. Aku jadi penasaran gimana rasanya merasakan sendiri keindahan Bali yang selam ini hanya bisa aku lihat dari layar kaca.

Tepatnya pada tanggal 26 Februari saya besrta teman-teman kelas 9 cap cus menuju Bali. Perjalanan pun sangat saya nikmati, mulia dari perjalanan yang gaenak sampai perjalanan yang uenak seperti tidur tanpa gangguan, itu sangat saya nikmati. Kita sampai di Bali kira-kira jam 18.00 WITA. Kita segera menuju ke hotelnya yang terletak di Denpasar. Sampai hotel saya perkirakan jam 23.00 WITA.

Gapura besar khas Bali seolah memberikan sinyal welcome to Bali saat kami pertma kali sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Waah.. senangnya! Sayangnya rasa lelah membuat saya tidak dapat menikmati pemandangan alam Bali yang cukup indah. Kesan pertma yang saya dapatkan adalah kondosi jalan yang walaupun sempit tapi, wuuih.. asri banget dan hampir ga ada bocelnya. Persis kayak di luar negeri. Ternyata Bali lebih indah dari yang ku bayangkan.

Ternyata, baru ku tau, di Bali tidak terdapat pabrik sama sekali. Menurut info yang ku terima dari pemandu wisata yang ada di bisku, kata dia masyarakat Bali tidak suka kebisingan oleh karena itu, di Bali tidak terdapat pabrik. Tapi pemandu wisata tersebut tidak hanya menjelaskan tentang itu saja, tetapi dia juga menjelaskan bahwa upacara Ngaben (pembakaran mayat) itu wajib dilakukan entah setelah 3 hari orang itu meninggal, ato pada saat 3 bulan setelah meninggal, kelipatan selanjutnya, pokoknya sampai keluarga yang ditinggalkan itu mampu membiayai proses upacara Ngaben. Upacara Ngaben ternyata menghabiskan biaya yang lumayan besar lhu, jadi upacara Ngaben tidak harus dilakukan setelah3 hari keluarga ditinggalkan. Selain itu banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari pemndu wisata tersebut, yang pengetahuan itu gak pernah saya tau di Sidoarjo.


Straightout
1

Straightout

Dari sela-sela kerusuhan nasional pada Mei 1998 silam, terbentuklah Straightout yang diprakarsai oleh Mui (vocals) dan Pipinx (guitars).

Pada awal musikalitasnya, Straightout di pengaruhi oleh band-band Hardcore seperti Earth Crisis dan Strife. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perjalanan panggung dan pergantian line-up yang tidak sedikit, mereka tidak lagi memainkan Hardcore.

Pengaruh musikal mereka bergeser ke arah Band Metal seperti Hamartia, Dead Blue Sky, Arch Enemy, The Black Dahlia Murder, Iron Maiden, hingga Cradle of Filth.

Straightout memiliki suatu ciri sendiri dalam bermusik, bernuansa kelam, sorrow, dan juga megah. Dipadati dengan tempo yang cepat, fill-in dan melodi-melodi yang kritis. Dari dentingan piano dan alunan gundah suara wanita.

Hingga sayatan-sayatan gitar yang tebal mendalam. Diiringi oleh derasnya hentakan drum dan disuarai oleh teriakan pilu yang menggeram.

Ketika tampil, Straightout pun memiliki aksi panggung yang cukup sulit untuk dideskripsikan melalui tulisan semata. Mereka sangguh enerjik dan atraktif. Dari mengayun, memutar, ber-crowd surfing dengan gitar atau pun bass mereka, hingga melemparkannya instrument mereka ke kelantai.

Mengenai sejarah personil, Straightout juga memiliki latar belakang yang cukup unik. Di drumi oleh Beni, yang merupakan seorang penabuh drum dari The Upstairs, yang merupakan band pionir Nu Wave asal Jakarta. Serta Rebecca pada female voice, adalah seorang wanita berparas cantik dengan suara khas dan indah, yang sebelumnya juga sempat menjadi personil dari The Upstairs, dan juga grup dansa elektronik, Goodnight Electric.

Pada 25 April 2004, Straightout merilis debut full album bertitel "Undying Beauty and the Symphony of Sadness," dalam bentuk CD dan Kaset di bawah naungan record indie label yaitu "Bluesky Records" dan bekerja sama dengan "Diselexia Records" (Malaysia) serta distribusikan secara online melalui www.interpunk.com.

Album ini menuai respon positif dari fans dan pujian dari media underground lokal. Dan Terjual Sekitar 2000 copy, sehingga mengantarkan Straightout ke berbagai pentas indie hingga ajang pensi SMA bergengsi di Jakarta.

Bahkan merambah ke luar kota seperti Bandung, Purwokerto, Semarang dan Surabaya. Dilanjutkan pada Februari 2005, mereka merilis split album dengan titel "Endzweck Straightout".

Split album ini dilakukan bersama Endzweck yang merupakan salah satu dari japanese hardcore heroes. Dimana saat ini band tersebut telah bergabung dengan salah satu label trendsetter metal hardcore dunia "Goodlife Records", yang juga sempat menangani Avenged Sevenfold dan Poison The Well.

Disusul dengan rangkaian Keep Music Evil Tour 2005 pada 12-15 februari 2005 dimana Straightout bersama dengan Cassandra (Malaysian Metal Core) menjadi Headliner dalam tour di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang dan selalu sukses memerahkan suasana dan memompa adrenalin massa di setiap kota-kota yang mereka datangi.

Pertengahan 2005, pergantian line up kembali terjadi. Kali ini tidak tanggung-tanggung, Rendy (gitar), Dony (keyboard) dan Bayu (vokal) keluar dari straightout.

Namun kekosongan ini tidak membuat Straightout kehilangan semangat mereka, hingga Pada pertengahan 2006 terbentuklah line-up tersolid Straightout yaitu Demise (eks-Sadistis) - vokal, Pipinx - guitars, Danny (eks-Perfect Minor) - guitars, Sonny - bass, Beni (drummer The Upstairs) - drums, Mela (additional player The Sastro) - keyboards dan Rebecca (eks-Goodnight Electric) - female voice.

Straightout kembali memasuki studio rekaman pada Desember 2006, Proses rekaman itu sendiri sebenarnya hanya memakan waktu satu bulan, namun sayangnya dalam penyelesaian tahap akhir, album ini sempat tertunda.

Salah satunya karena banjir bandang yang menimpa ibukota. Setelah melewati berbagai macam proses dan kendala, akhirnya album kedua Straightout yang berjudul "Forsaken Upon Nemesis" pun dapat di rilis pada awal september 2007 ini. Berisikan dua belas lagu terbaru dengan komposisi musik yang lebih liar dari yang sebelumnya.